Senin, 27 April 2020

Keadaan Iklim Indonesia

Keadaan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu keadaan fisik wilayah serta keadaan flora dan fauna. Keadaan fisik wilayah terdiri atas keadaan iklim dan keadaan bentuk permukaan bumi (kondisi fisografis) yang kemudian akan menentukan jenis tanahnya. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama. Ciri utama iklim di Indonesia adalah suhu udara tinggi sepanjang tahun (rata-rata 27 C), curah hujan tinggi, penyinaran matahari sepanjang tahun.

Letak astronomis Indonesia yang berada di wilayah tropis membuat Indonesia beriklim tropis. Letak astronomis adalah letak suatu tempat dilihat dari posisi garis lintang dan garis bujur. Letak Astronomis Indonesia adalah 6° LU (Lintang Utara) - 11° LS (Lintang Selatan) dan antara 95° BT (Bujur Timur) - 141° BT (Bujur Timur). Ciri daerah tropis lainnya adalah lama siang dan lama malam hampir sama yaitu sekitar 12 jam siang dan 12 jam malam. Indonesia merupakan wilayah yang memil iki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Jenis-jenis iklim yang ada di Indonesia antara lain sebagai berikut :
  • Iklim musim (Iklim Muson). Iklim ini dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Iklim musim terdiri dari angin muson barat yang bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah membawa musim penghujan, dan Angin Muson Timur yang bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering dan mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.
  • Iklim Tropis (Iklim Panas). Daerah Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
  • Iklim Laut. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia. Hal ini mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembap dan curah hujan yang tinggi.
Ketiga jenis iklim tersebut mengakibatkan tingginya curah hujan di Indonesia. Curah hujan di Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2.500 mm/tahun. Pada umumnya curah hujan tergolong besar. Kondisi curah hujan yang besar ditunjang dengan penyinaran matahari yang cukup sepanjang tahun menjadikan Indonesia sangat cocok untuk kegiatan pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk akan pangan.

Hal yang menarik bagi Indonesia adalah terjadinya angin muson. Angin muson adalah angin yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara samudra dan benua. Pada saat samudra menerima penyinaran matahari, diperlukan waktu yang lebih lama untuk memanaskan samudra. Sementara itu, benua lebih cepat menerima panas. Akibatnya, samudra bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan benua, maka bergeraklah udara dari samudra ke benua.

Angin Muson barat
Muson barat adalah angin yang bertiup pada bulan Oktober-April di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia sedang mengalami musim panas, berakibat pada tekanan minimum dan benua Asia lebih dingin, berakibat memiliki tekanan maksimum. Sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok Selatan).
 Keadaan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian Keadaan Iklim Indonesia
Angin Muson timur
Muson timur adalah angin yang bertiup pada bulan April-Oktober di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan Benua Asia lebih panas, sehingga bertekanan minimum. Sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan yang sempit.

Musim Kemarau dan Musim Penghujan
Musim hujan petani Indonesia mengerjakan lahannya untuk bercocok tanam. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang membutuhkan air pada awal pertumbuhannya, contohnya padi. Musim hujan nelayan Indonesia justru mengurangi kegiatan melaut karena biasanya pada musim hujan sering terjadi cuaca buruk dan gelombang laut cukup besar sehingga membahayakan mereka. Ikan juga lebih sulit ditangkap sehingga terjadi kelangkaan pasokan ikan dan akibatnya harga ikan lebih mahal daripada biasanya. Musim hujan tentu tidak banyak berpengaruh pada aktivitas masyarakat Indonesia yang pekerjaannya tidak berhubungan langsung dengan alam, misalnya pegawai atau karyawan.

Pada saat musim penghujan beberapa daerah di Indonesia memiliki curah hujan yang berbeda-beda. Daerah yang mempunyai intensitas hujan yang paling besar antara lain Sumatera Barat. beberapa daerah di Pulau Jawa, Lombok, Bali, dataran tinggi di Papua, dan Kalimantan Tengah. Daerah yang mempunyai curah hujan paling sedikit,  yaitu di Nusa Tenggara, Sulawesi Tengah, dan daerah sekitar Palu.

Pada saat musim kemarau, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami karena tidak ada pasokan air. Sebagian lainnya masih dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan air dari sungai, saluran irigasi atau memanfaatkan sumber buatan. Ada pula petani yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang cukup dengan memilih jenis tanaman atau varietas yang tidak memerlukan banyak air misalnya . Pada saat musim kemarau, nelayan dapat mencari ikan di laut tanpa banyak terganggu oleh cuaca buruk. kedelai dan jagung. Sementara hasil tangkapan ikan juga biasanya lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan pada musim hujan sehingga pasokan ikan juga cukup berlimpah.

Jika musim kemarau, beberapa daerah yang mengalami kekeringan akan sangat terganggu kehidupannya. Salah satu daerah yang sulit mendapatkan air adalah beberapa kecamatan yang ada di Gunung Kidul, Yogyakarta. Mereka harus berjalan puluhan kilometer untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Pola angin muson yang bergerak menuju wilayah Indonesia pada saat angin barat dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk melakukan perpindahan atau migrasi dari Asia ke berbagai wilayah di Indonesia. Perahu yang digunakan untuk melakukan migrasi tersebut masih sangat sederhana dan pada saat itu masih mengandalkan kekuatan angin sehingga arah gerakannya mengikuti arah gerakan angin muson.